9D THE BEST ALUMNI SMP N 1 CILEDUG

Sabtu, 14 Februari 2009

ADA APA DENGAN TEORI DARWIN ..?

Oleh: Sentosa eka purnama

Bagi kebanyakan dari kita, ketika mendengar kata evolusi, kita langsung teringat akan Teori Darwin. Bagaimanapun, jangan lupa bahwa Teori Darwin hanya suatu teori dan tidak lebih. Yang lebih, bahwa banyak orang-orang sudah menerima nya sebagai fakta hidup. Tetapi evolusi versi ini menjelaskan bahwa pada awalnya tidak ada kehidupan, karena "kesempatan" mahluk hidup primitif hidup didalam semacam sup purba (primordial soup). Dari bentuk kehidupan tersebut beberapa jenis kehidupan lainnya muncul dan secara berangsur-angsur berkembang semakin banyak melalui variasi acak dan pemilihan secara alami. Dari organisme
bersel tunggal yang secara tidak sengaja terbentuk kehidupan karena suatu ledakan kilat membentur genangan unsure unsure kimia yang menghasilkan kehidupan disaat yang tepat ribuan tahun yang lalu. Kita sekarang memiliki kota-kota besar yang sangat rumit yang dikendalikan oleh orang yang katanya keturun kera.

Walaupun banyak orang yang menerima hipotesa itu, para ilmuwan masih berusaha untuk mengumpulkan bukti untuk membuktikan apa yang mereka klaim.
Tetapi sampai saat ini, tak seorangpun telah melihat kehidupan atau kesadaran secara sepontan dihasilkan dari suatu kombinasi unsure unsur kimia yang tak berdaya.(Oleh:
Ketut Adi)

Para ulama’ telah memberikan pengingkaran atas teori Darwin ini, karena menyelisihi nash-nash Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’ para salaf. Oleh karenanya, Syaikh bin Baaz dan ulama’ sejawatnya yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ memberikan jawaban terhadap pertanyaan seputar teori Darwin dengan menyatakan dengan tegas, “Pendapat ini tak benar !! Dalil yang membuktikan hal itu (yakni, kebatilan teori Darwin), Allah -Ta’ala- telah menjelaskan dalam Al-Qur’an tentang periode penciptaan Adam seraya berfirman, "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah (QS. Ali Imraan: 59)" dan pada dasarnya kita pun sebagai umat muslim harus percaya bahwa manusia yg pertama kali di ciptakan oleh Allah SWT adalah Nabi Adam (oleh antosalafy)

Landasan Berpikir Kolonialisme

Sejak abad keenam belas, Eropa mulai menjajah berbagai belahan dunia. Penjajah pertama adalah bangsa Spanyol di bawah pimpinan Christopher Columbus. Dalam waktu singkat, penjajah Spanyol menyerbu Amerika Selatan. Mereka memperbudak penduduk asli, ras masyarakat yang sebelumnya hidup damai. Wilayah Amerika Selatan, yang kaya emas dan perak, dirampok oleh para penjarah ini. Penduduk asli yang berusaha melawan dibantai.

Menyusul Spanyol; Portugis, Belanda dan Inggris turut ambil bagian dalam memperebutkan daerah jajahan. Di abad kesembilan belas, Inggris menjadi imperium kolonial terbesar di dunia. Dari India hingga Amerika Latin, imperium Inggris mengeruk habis sumber-sumber kekayaan alam. Bangsa kulit putih menjarah dunia demi kepentingannya sendiri.

Tentu saja kaum penjajah ini tak ingin dikenang sepanjang sejarah sebagai “penjarah”. Karenanya, mereka berusaha mendapatkan pembenaran bagi tindakannya ini. Mereka berdalih dengan menganggap bangsa terjajah sebagai “kaum primitif atau terbelakang”, bahkan “makhluk mirip binatang”. Pandangan ini pertama kali dikemukakan di masa awal penjajahan, masa ketika Christopher Columbus berlayar menuju Amerika. Dengan menganggap penduduk asli Amerika bukan manusia murni, tapi spesies binatang yang telah berkembang, penjajah Spanyol membenarkan perbudakan yang mereka lakukan.

Saat peristiwa ini terjadi, dalih tersebut tidak mendapat dukungan luas. Sebab, waktu itu masyarakat Eropa secara luas masih percaya bahwa semua manusia diciptakan sama oleh Tuhan dan semuanya berasal dari moyang yang sama, yakni Nabi Adam.

Namun, segalanya berubah di abad kesembilan belas. Tumbuh suburnya paham materialime menyebabkan masyarakat mulai mengabaikan kenyataan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan. Ini juga berarti kelahiran paham rasisme.

Landasan ilmiah rasisme adalah teori evolusi Darwin. Ahli antropologi India, Lalita Vidyarthi menyatakan:

Teori Darwin tentang “kelangsungan hidup bagi yang terkuat“ disambut hangat oleh ilmuwan sosial masa itu, dan mereka percaya bahwa manusia meraih tangga evolusi yang berbeda, yang berpuncak pada peradaban bangsa kulit putih. Hingga paruh kedua abad ke-19, rasisme diterima sebagai fakta oleh mayoritas ilmuwan barat.(oleh: Harun yahya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar