9D THE BEST ALUMNI SMP N 1 CILEDUG

Sabtu, 14 Februari 2009

GENETIKA


Genetika (dari bahasa Yunani γέννω atau genno yang berarti "melahirkan") merupakan cabang biologi yang penting saat ini. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Ada pula yang dengan singkat mengatakan, genetika adalah ilmu tentang gen. Nama "genetika" diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia menggunakannya pada Konferensi Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906.
Bidang kajian genetika dimulai dari wilayah
molekular hingga populasi (lihat entri biologi). Secara lebih rinci, genetika berusaha menjelaskan
material pembawa informasi untuk diwariskan (
bahan genetik),
bagaimana informasi itu diekspresikan (
ekspresi genetik), dan
bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain (
pewarisan genetik).
Meskipun orang biasanya menetapkan genetika dimulai dengan ditemukannya kembali naskah artikel yang ditulis
Gregor Mendel pada tahun 1900, sebetulnya kajian genetika sudah dikenal sejak masa prasejarah, seperti domestikasi dan pengembangan trah-trah murni (pemuliaan) ternak dan tanaman. Orang juga sudah mengenal efek persilangan dan perkawinan sekerabat serta membuat sejumlah prosedur dan peraturan mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri sebagai ilmu yang mandiri. Silsilah tentang penyakit pada keluarga, misalnya, sudah dikaji orang sebelum itu. Kala itu, kajian semacam ini disebut "ilmu pewarisan" atau hereditas.


Awal mula
Sejumlah percobaan terdokumentasi yang terkait dengan genetika telah banyak dilakukan pada masa sebelum Mendel, yang kelak banyak membantu memberikan bukti bagi teori Mendel. Percobaan-percobaan itu misalnya adalah sebagai berikut.
Pembuatan Raphanobrassica melalui persilangan
lobak dan kubis pada abad ke-17 oleh Köhlreuter, seorang pemulia sayuran berkebangsaan Jerman, untuk menghasilkan tanaman yang menghasilkan umbi dan krop kubis sekaligus, meskipun tidak berhasil.
Penemuan dan penjelasan tentang
pembuahan berganda pada tumbuhan berbunga (Magnoliophyta) oleh E. Strassburger (1878) dan S. Nawaschin (1898);
Percobaan terhadap ribuan persilangan oleh
Charles Darwin pada abad ke-19 yang hasilnya diterbitkan pada 1896 dengan judul The variation of animals and plants under domestication) dan berhasil mengidentifikasi adanya penurunan penampilan pada generasi hasil perkawinan sekerabat (depresi inbred) dan penguatan penampilan pada hasil persilangan antarinbred (heterosis) meskipun dia tidak bisa memberikan penjelasan;
Usaha menjelaskan kemiripan antara orang tua dan anak oleh
Karl Pearson melalui metode regresi (yang malah menjadi dasar dari banyak teknik statistika modern).
Pada masa pra-Mendel, orang belum mengenal
gen dan kromosom (meskipun DNA sudah diekstraksi namun pada abad ke-19 belum diketahui fungsinya). Saat itu orang masih beranggapan bahwa sifat diwariskan lewat sperma (tetua betina tidak menyumbang apa pun terhadap sifat anaknya).
Peletakan dasar ilmiah melalui percobaan sistematik baru dilakukan pada paruh akhir abad ke-19 oleh
Gregor Johann Mendel. Ia adalah seorang biarawan dari Brno (Brünn dalam bahasa Jerman), Kekaisaran Austro-Hungaria (sekarang bagian dari Republik Ceko). Mendel disepakati umum sebagai 'pendiri genetika' setelah karyanya "Versuche über Pflanzenhybriden" atau Percobaan mengenai Persilangan Tanaman (dipublikasi cetak pada tahun 1866) ditemukan kembali secara terpisah oleh Hugo de Vries, Carl Correns, dan Erich von Tschermak pada tahun 1900. Dalam karyanya itu, Mendel pertama kali menemukan bahwa pewarisan sifat pada tanaman (ia menggunakan tujuh sifat pada tanaman kapri, Pisum sativum) mengikuti sejumlah nisbah matematika yang sederhana. Yang lebih penting, ia dapat menjelaskan bagaimana nisbah-nisbah ini terjadi, melalui apa yang dikenal sebagai 'Hukum Pewarisan Mendel'.


Konsep dasar
Dari karya ini, orang mulai mengenal konsep
gen (Mendel menyebutnya 'faktor'). Gen adalah pembawa sifat. Alel adalah ekspresi alternatif dari gen dalam kaitan dengan suatu sifat. Setiap individu disomik selalu memiliki sepasang alel, yang berkaitan dengan suatu sifat yang khas, masing-masing berasal dari tetuanya. Status dari pasangan alel ini dinamakan genotipe. Apabila suatu individu memiliki pasangan alel sama, genotipe individu itu bergenotipe homozigot, apabila pasangannya berbeda, genotipe individu yang bersangkutan dalam keadaan heterozigot. Genotipe terkait dengan dengan sifat yang teramati. Sifat yang terkait dengan suatu genotipe disebut fenotipe.


Faktor GENETIK Membangun Karakter Manusia?



Manusia adalah makhluk yang bebas dan memilih(ikhtiar), yang bisa mencari jalan nasibnya. Dari sisi lain, manusia ditentukan oleh garis keturunannya. Mereka katakan bahwa orang tua tidak hanya menurunkan sifat-sifat lahiriah pada si anak, namun juga bisa melahirkan karakter si anak yang mencakup sisi kebaikan dan keburukan. Apakah faktor genetik ini mempunyai pengaruh yang dominan membentuk karakter si anak , dan bagaimana pula hubungan dengan kebebasan manusia (ikhtiar) dalam membangun karakternya?
Dan yang terpenting yang dibahas oleh para psikolog disini, adanya sebuah perubahan kepribadian (karakter), Cattel berkeyakinan, satu pertiga perubahan kepribadian dipengaruhi oleh faktor genetik dan dua pertiga yang lain dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
[1] Namun E. Fromm tidak menyakini bahwa karakter akan statis dimasa usia lima tahun, dan kenyataan selanjutnya bahwa karakter manusia bisa mengalami perubahan[2].
Namun kita katakan bahwa faktor genetik bukanlah sebuah faktor yang menghalangi pengaruh pendidikan. Oleh karenanya, kita tidak melihat dan tidak pula mendengar seorang ibu melarang anaknya untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran, dia akan mempermasalahkan terhadap apa yang diinginkan anaknya atas keberhasilan, bahwasannya pasti tidak akan tercapai, dikarenakan ia beranggapan bahwa si anak telah terwarisi sifat dan akhlaknya. Jadi, selain faktor genetik sebagai faktor yang berpengaruh, juga terdapat faktor lainnya yang sangat bekerja aktif pada diri manusia, diantara yang terpenting adalah: pendidikan, kondisi keluarga, masyarakat, ekonomi, budaya, makanan, udara, iklim dan sebagainya. Dari faktor-faktor tersebut dapat disingkat dengan sebuah kata, yaitu: lingkungan.
Oleh karenanya, pengaruh sifat perubahan lingkungan yang ada pada diri manusia ada dua bentuk pemisalan:
1. Sifat dan kriteria yang nampak dalam bentuk kemampuan dan kesiapan manusia, seperti: penyakit TBC, seorang anak yang dilahirkan dari orang tua yang berpenyakit demikian, akan berpotensi pula akan terserang penyakit tersebut. Akan tetapi jika anak tersebut sudah dipisahkan sejak lahirnya dan dipindahkan ke lingkungan yang sehat, maka memperoleh kesehatannya.
2. Anak yang dilahirkan melalui asal usul genetik yang baik, maka perkembangan anak tersebut nantinya akan beradaptasi dengan lingkungan dimana ia tinggal. Jika ia tinggal dalam lingkungan yang kurang mendukung, maka kemampuannya pun akan pudar. Begitu juga sebagai sesuatu yang mungkin melalui pengaruh iklim dan makanan dapat merubah kondisi badan bagi manusia. Sebagaimana akhlak dan adat setempat dalam sebuah lingkungan akan membuat perubahan pada tingkatan ruh dan kejiwaan manusia.
Akan tetapi saya disayangkan, sebahagian manusia memiliki pandangan keliru, yang lupa akan peranan lingkungan pada kehidupan manusia. Mengekspresikan lingkungan tersebut pada pemikiran mereka, seperti para penyair, dengan membuat pikiran mereka menyatu dengan lingkungan selain hanya bait syair yang mereka sebutkan terasa indah. Seorang penyair berkata:
Sesungguhnya pohon yang jelek jelek pulalah sifatnya
Walau ia tumbuh di taman surga
Yang dapat disimpulkan dari syair ini adalah pohon yang jelek tidak akan memberikan sesuatu kecuali buah yang jelek, kita juga dapat memberikan contoh yang lainnya seperti racun yang ditaburi oleh bahan yang manis (racun di dalam madu), pohon kurma yang hanya membuahkan kurma (tidaklah selain kurma), dan sebagainya.
Dalam Islam diajarkan bahwa seseorang dalam kondisi bebas (memilih) untuk merubah karakternya. Yang memiliki akhlak yang baik, mungkin saja karena atas perintah hawa nafsunya, akan terjerumus ke dalam kenistaan. Dan yang memiliki akhlak yang jelek, melalui penerangan dan bimbingan para ahli ma’rifat dengan berbagai usaha instropeksi diri dapat mencapai puncak kesempurnaan.
[3] Lewat pendidikan dan pengajaran inilah adalah sebuah jalan ikhtiar yang dimiliki oleh manusia, dalam merubah dan menemukan jati dirinya. Dalam Al-Qur’an Allah Swt berfirman: “Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.”[4] Disini para psikolog juga mengatakan, bahwa faktor genetik diatas umur tiga puluh tahun adalah sesuatu yang statis dan tanpa perubahan, dan karakter manusia akan selalu berubah disepanjang umurnya disebabkan oleh lingkungan. Syekh Naraqi (almarhum) dalam kitab akhlaknya menyebutkan bahwa nafs manusia mempunyai kesiapan di dalam mensifati adanya kontradiksi antara dua kecenderungan yang berbeda, terhadap sesuatu yang sesuai dengan kecenderungan dan yang berseberangan dengan kecenderungan tersebut. Maka perbedaan masyarakat didalam karakternya bersumber pada pemilihan terhadap bentuk-bentuk luar dari perbedaan tersebut, dan berbagai aktivitas yang berhubungan dengannya. [5]
Adanya sebuah ikhtiar disini, memberikan energi tambahan untuk menuntut sebuah perubahan. Dan ingin menjadikan akhlak yang baik tersebut selalu tertanam (malaka) pada diri kita, juga menjadikannya sebagai adat dalam kehidupan kita. Oleh karenanya, dalam hadist disebutkan bahwa perbuatan baik tersebut dilakukan secara terus-menerus adalah sesuatu yang diharapkan. Dalam kitab hadist Al-Kafi: “Paling dicintai perbuatan disisi Allah Swt, amal yang dilakukan terus-menerus (istiqama) walaupun sedikit.”
[6]Sesungguhnya para nabi tidaklah datang untuk merubah perubahan jasmani atau mengobati penyakit dikarenakan faktor genetik seperti gila, kebodohan dan sebagainya. Tetapi datang untuk keimanan kepada Allah Swt, mendidik dan memberikan pengajaran kepada masyarakat, memahami agama, mendukung kemampuan mereka, menghidupkan akal mereka dan menguasai insting dengan kehendak yang berbeda. Dari sejarah menerangkan kepada kita bahwa para nabi telah membangun kesucian dan kebenaran bagi sebuah realitas budaya manusia dan masyarakat. Untuk menuju ke arah kesempurnaan melalui jalan pergerakan yang suci. Kemunculan Islam sebagai contoh hidup bagi perbuatan yang berharga oleh para nabi yang menghiasi lembaran-lembaran tarikh. Dan masyarakat yang menjauhi ajaran para nabi akan terjadi penyimpangan, dan penyimpangan ini menjadi sebuah akibat bagi keadaan lingkungan dan metode pengajaran. Alhasil, faktor genetik bukanlah satu-satunya yang berpengaruh pada pembentukan karakter manusia. Namun lingkungan dan usaha kita (ikhtiar) untuk memperoleh pengetahuan dan pengajaran ilmu agama (Islam) mempunyai peran penting dalam membangun karakter manusia .


Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah


59 GREGOR MENDEL 1822-1884
Ilmu prinsip dasar keturunan layak berterima kasih kepada penemunya, Gregor Mendel, pendeta Austria tak terkenal, ilmuwan amatir yang obyek penyelidikan briliannya semula tidak diacuhkan oleh dunia ilmu.
Mendel dilahirkan tahun 1822 di kota Heinzendorf di daerah daulat kerajaan Austria yang kini masuk bagian wilayah Cekosiowakia. Tahun 1843 dia masuk biara Augustinian, di kota Brunn, Austria (kini bernama Brno, Ceko). Dia menjadi pendeta tahun 1847. Tahun 1850 dia ikut ujian peroleh ijasah guru, tetapi gagal dan dapat angka terburuk dalam biologi! Meski begitu, kepada pendeta di biaranya mengirim Mendel ke Universitas Wina, dari tahun 1851-1853 dia belajar matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Mendel tak pernah berhasil mengantongi ijasah guru resmi, tetapi dari tahun 1854-1868 dia menjadi guru cadangan ilmu alam di sekolah modern kota Brunn.
Sementara itu, mulai tahun 1856 dia memperlihatkan pengalaman-pengalamannya yang masyhur di bidang pembiakan tumbuh-tumbuhan. Menjelang tahun 1865 dia sudah menemukan hukum keturunannya yang kesohor dan mempersembahkan kertas kerjanya di depan perkumpulan peminat sejarah alam kota Brunn. Tahun 1866 hasil penyelidikannya diterbitkan oleh majalah Transactions milik perkumpulan itu di bawah judul "Experiments with Plant Hybrids." Kertas kerja keduanya diterbitkan oleh majalah itu juga tiga tahun kemudian. Kendati majalah itu bukanlah majalah besar, tetapi banyak terdapat di pelbagai perpustakaan besar. Di samping itu Mendel mengirim satu salinan kepada Karl Nageli, seorang tokoh disegani di bidang ilmu keturunan. Nageli membaca salinan itu dan kirim balasan kepada Mendel tetapi dia tidak paham apa yang teramat penting dalam salinan kertas kerja Mendel itu. Sesudah itu umumnya kertas kerja Mendel diabaikan dan nyaris dilupakan orang hampir tiga puluh tahun lamanya.
Tahun 1866 Mendel naik pangkat ditunjuk jadi pendeta kepala di biaranya. Kesibukan administrasi rutin membuatnya kehabisan tempo melanjutkan penyelidikannya dalam bidang tanam-tanaman. Ketika dia meninggal tahun 1884 dalam usia enam puluh satu, penyelidikan briliannya nyaris dilupakan orang dan dia tak peroleh pengakuan apa pun untuk penyelidikan itu.
Jerih payah Mendel baru diketemukan kembali tahun 1900 oleh tiga ilmuwan dari tiga bangsa yang berbeda-beda: Hugo de Vries dari Negeri Belanda, Carl Correns dari Jerman dan Erich von Tschermak dari Austria. Mereka bekerja secara terpisah tatkala menemukan artikel Mendel. Masing-masing mereka sudah punya pengalaman sendiri di bidang botani. Masing-masing secara tersendiri menemukan hukum Mendel. Dan masing-masing (sebelum menerbitkan buku) secara seksama mempelajari hasil kerja Mendel dan masing-masing pula menjelaskan bahwa penyelidikannya memperkuat pendapat Mendel. Satu kebetulan segitiga yang aneh! Lebih dari itu, di tahun itu juga, William Bateson, ilmuwan berkebangsaan Inggris, menemukan pula kertas kerja Mendel yang asli dan segera mengedepankan kepada kalangan dunia ilmu. Di penghujung tahun itu Mendel dapat sambutan meriah dan penghargaan atas begitu hebat karya-karya yang dilakukannya selama masa hidupnya.
Bukti-bukti apakah perihal keturunan yang sudah ditemui Mendel? Pertama, Mendel mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat "unit dasar" yang kini disebut gene yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gene. Suatu tumbuhan mewariskan satu gene tiap pasang dari tiap "induk"-nya. Mendel menemukan, apabila dua gene mewariskan satu kualitas tertentu yang berbeda (misalnya, satu gene untuk benih hijau dan lain gene untuk benih kuning) akan menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gene yang berciri lemah tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Mendel menyadari, tiap kegiatan sel atau gamete (serupa dengan sperma atau telur pada manusia) berisi cuma satu gene untuk satu pasang. Dia juga menegaskan, adalah sepenuhnya suatu kebetulan bilamana gene dari satu pasang terjadi pada satu gamete dan diteruskan kepada keturunan tertentu.
Hukum Mendel, meski sudah dilakukan perubahan kecil, tetap merupakan titik tolak dari ilmu genetika modern. Bagaimana Mendel selaku seorang amatir mampu menemukan prinsip yang begitu penting yang menyisihkan begitu banyak biolog profesional yang masyhur yang ada sebelumnya? Untungnya, dia memilih untuk bidang penyelidikannya jenis tumbuhan yang ciri-ciri khasnya ditentukan oleh seperangkat gene. Kalau saja ciri-ciri pokok yang diselidikinya masing-masing sudah ditentukan oleh pelbagai perangkat gene, penyelidikannya akan menghadapi kesulitan yang luar biasa. Tetapi, keberuntungan ini tidak akan menolong Mendel kalau saja dia tidak punya sifat kecermatan yang dahsyat dan kesabaran seorang pencoba, dan juga tidak akan menolongnya apabila dia tidak menyadari bahwa perlu membuat analisa statistik dari pengamatannya. Karena faktor contoh-contoh di atas, umumnya mungkin tidak bisa diduga jenis kualitas mana sesuatu keturunan akan mewariskan. Hanya lewat sejumlah besar percobaan (Mendel sudah mencatat hasil lebili dari 21.000 tumbuh-tumbuhan!), dan lewat analisa hasil-hasilnya, Mendel dapat menarik kesimpulan terhadap hukum-hukumnya.
Jelaslah, hukum keturunan merupakan penambah penting buat pengetahuan manusia, dan pengetahuan kita tentang genetika mungkin akan lebih dapat dipraktekkan di masa depan daripada sebelumnya. Ada pula faktor yang tak boleh diabaikan kalau kita memutuskan dimana Mendel mesti ditempatkan dalam urutan daftar buku ini. Karena penemuannya diremehkan di saat hidupnya, dan kesimpulan-kesimpulannya diketemukan oleh ilmuwan yang datang belakangan, penyelidikan Mendel dianggap tidak berdiri sendiri. Apabila alasan ini dipaksakan, orang bisa berkesimpulan bahwa Mendel mungkin bisa tersisihkan sepenuhnya dari daftar, seperti halnya Leif Ericson, Aristarchus, Ignaz Semmelweiss telah disisihkan guna memberikan tempat buat Colombus, Copernicus dan Joseph Lister.
Tetapi, ada beda antara kasus Mendel dengan lainnya. Pekerjaan Mendel terlupakan hanya sebentar, dan begitu diketemukan kembali, segera melangit. Lebih jauh dari itu, de Vries, Correns, dan Tschermak, meskipun mereka menemukan kembali prinsip-prinsipnya secara independen, toh dia baca karya Mendel dan mengutip hasil-hasilnya. Akhirnya, orang tidak bisa bilang karya Mendel tak berpengaruh kendati de Vries, Correns dan Tschermak tak pernah hidup di dunia. Artikel-artikel Mendel sudah tersebar luas riwayat-riwayatnya (oleh W.O. Focke) sekitar masalah keturunan. Tulisan itu cepat atau lambat sudah dapat dipastikan akan diketemukan juga oleh mahasiswa-mahasiswa yang serius di bidang itu. Juga layak dicatat, tak satu pun dari ketiga ilmuwan itu yang menuntut bahwa merekalah penemu ilmu genetika. Juga, secara umum dunia ilmu sudah menyebutnya sebagai "Hukum Mendel."
Penemuan Mendel kelihatannya bisa dibandingkan dengan penemuan Harvey, baik dari segi orisinalnya maupun arti pentingnya tentang peredaran darah, dan dia sudah ditempatkan pada urutan yang sewajarnya.
SUMBER :
DI POSTINGKAN OLEH : REYTA BONITA 9D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar