9D THE BEST ALUMNI SMP N 1 CILEDUG

Selasa, 03 Februari 2009

modif abisSSSS......


Binatang Jalang
Arita - - Swiss
Dear Zev & Kokiers,
Suatu hari, sewaktu saya masih S.M.A, saya bersama dengan konco-konco kelas menjalani hukuman, berjemur ria di tengah lapangan. Di hadapan kami, kepala sekolah mondar-mandir sambil mengacungkan tongkat komando, berdakwah dengan lantang.
“Kalian semua adalah generasi penerus bangsa, harapan bangsa!
Tapi, coba lihat tingkah laku kalian..., ck ck ck ...persis binatang jalang!”
Sambil mendengarkan kepala sekolah yang terus sibuk meng-grendeng, saya termenung di tengah sengatan terik matahari, mendengar sebutan binatang jalang. Tersentak dengan dentang bel, tanda tiba saatnya pulang, sejenak ingatan terantuk dengan puisi Chairil Anwar, kala membaca SEMANGAT, kala saya “tergila-gila” menyamakan diri dengan tokoh binatang jalang versi Chairil Anwar.
Chairil Anwar, lahir di Medan pada 26 Juli 1922 dan meninggal dunia di Jakarta dalam usia yang belia (27 tahun) pada 28 April 1949. Dengan hanya berpendidikkan formal kelas 2 MULO, ia meninggalkan Medan menuju Jakarta pada tahun 1940, pada usia 18 tahun.
A.H. Johns, dalam tulisannya yang berjudul “Chairil Anwar: An interpretation”, mendeskripsikan Chairil Anwar sebagai seorang seniman yang mempunyai kepribadian yang lain daripada yang lain, arogan, eksentrik, terbakar dengan pemikiran daya hidup, ia menerjunkan diri bulat-bulat tanpa sehelai keraguan, ke dalam setiap kancah kesempatan pengalaman yang terpampang di hadapan. Bagi Chairil Anwar, standar, derajat dan status sosial hanya merupakan embel-embel pemisah ciptaan manusia belaka. Derajat dan status sosial tidak seharusnya mempengaruhi tingkatan rasa hormat, karena semua sama belaka, baik seorang presiden maupun seorang abang becak. Ia memandang norma-norma sosial kehidupan yang ada sebagai penguat dan pendukung kemunafikan, sehingga, ia memilih untuk “menghancurkan diri sendiri” daripada menerima norma-norma tersebut. Dengan dedikasi diri seutuhnya kepada seni, Chairil Anwar masuk ke dalam karakter Bohemian, seniman penganut kebebasan mutlak. Sekalipun, pola kehidupan yang tidak stabil merupakan bagian dari prinsipnya, namun ketidakstabilan tersebut merupakan juga bagian dari suatu persona, suatu topeng untuk menyembunyikan identitas diri yang sesungguhnya, jati diri yang hanya dapat ia ungkapkan di dalam puisi-puisi.
A.H. Johns menulis, dunia Chairil Anwar adalah dunia yang remuk, dunia yang penuh dengan kekecewaan. Dan Chairil Anwar menerima dunianya sebagai suatu kenyataan. Bagi Chairil Anwar, dunia yang hampa tanpa arti adalah jauh lebih baik daripada dunia yang penuh utuh, terisi terus menerus oleh kemunafikkan. Ia ingin hidup seribu tahun lagi. Ya! Chairil Anwar ingin hidup seribu tahun lagi, tetapi dengan cara yang ia pilih, metode yang ia peluk, gaya yang ia miliki, gelutnya untuk memerangi kekuatan kemunafikan tanpa tedeng aling-aling mendasari kehidupan sehari-hari. Ia bergembira ria di dalam kekurangannya bersetubuh dengan kemunafikan.
Jelas sudah, kalau Chairil Anwar adalah seorang seniman yang superior, karyanya lebih sempurna dari model karya seniman Belanda yang ia panuti. Sekalipun, mungkin karya Chairil Anwar tidaklah orisinal (cat: menurut beberapa pendapat, ia adalah seorang plagiarist), karya Chairil Anwar tetap memiliki karakter yang khas, unik, terbentang lebar dalam ungkapan kata-kata.
Banyak tulisan yang berpendapat, karya Chairil Anwar dipengaruhi oleh dua penyair Belanda beraliran expresionisme, yaitu Marsman dan Slauerhoff. Tetapi A. H Johns beranggapan, asumsi tersebut sangatlah sempit dan sederhana. Bagi A.H. Johns, karya Chairil Anwar akan interior alam semesta serta dedikasi penuh dalam kesempurnaan teknik, menjadikan Chairil Anwar pewaris dari gerakan terbesar dunia persajakan modern, periode yang di inagurasikan dengan timbulnya aliran symbolisme di Perancis dan Belgia pada akhir abad ke 19.
Pada tanggal 15 Mai 1871, seorang penyair Perancis beraliran Symbolisme, Arthur Jean Rimbaud, tipe radikal provokator anti borjuis, menulis surat kepada Paul Demeny (lettres du voyant). Rimbaud berpendapat bahwa seorang penyair adalah seorang pencuri api sejati. Seseorang yang dipenuhi oleh perasaan perikemanusiaan, dan bahkan juga perikebinatangan. Ia harus mampu menyentuh, meraba, merasakan, mendengarkan seluruh imajinasi. Rasa cinta, penderitaan, kegilaan. Seorang penyair harus mampu menemukan satu bahasa. Bahasa yang kelak mampu memahat jiwa untuk para jiwa, bahasa yang terbentuk dari kumpulan semerbak harum wewangian, aneka bunyi dan warna, bahasa dari suatu pikiran yang mengkait pikiran-pikiran lain dan menariknya seerat mungkin.
Chairil Anwar adalah seorang penyair ternama di dunia internasional. Di Indonesia ia adalah penyairnya penyair, seorang penulis yang sejak tahun 1942 menyuburkan pertumbuhan dunia persajakan moderen di Indonesia. Sebagai seorang penyair yang juga beraliran symbolisme, banyak karya-karyanya yang sulit di mengerti, sarat pekat akan makna. Dengan penggunaan struktur yang ambigu dan kompleksitas dari pengunaan simbolisme, membuat karyanya sulit untuk di pahami.
Seperti Rimbaud mendefinisikan seorang penyair, maka Chairil Anwar adalah seorang pencuri api sejati yang menempa karya-karyanya dengan suhu panas maksimal.
Bagaikan sebilah pedang yang di tempa dengan bara api, karya Chairil Anwar berbilah tajam berkilau terang. Bilah pedang tajam berkilau nyala api, menjadikan karya Chairil Anwar tidak hanya bagaikan sebilah pedang yang tajam, yang membelah pikiran, tetapi kadangkala berpendar, memantulkan bayangan, refleksi diri dari orang-orang yang membacanya, orang-orang yang mengagumi karyanya, orang-orang yang menggilai karyanya, para orang banyak tanpa terkecuali, juga para remaja pelajar S.M.A.
oleh: di0os. reacing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar